sudah lama aku ingin menuliskan keluh kesah ini namun jujur ini hanya pemikiranku yang memang berkecimpung secara langsung di masyarakat dalam berbagai hal,aku tinggal di kampung yang lumayan maju tepatnya di kompleks passar sendang agung lampung tengah, setelah menikah aku bertempat di suatu komplek yang masyarakatnya lumayan awan tentang agama ,aku berfikir saatnya aku berjuang dengan seluruh kemampuanku yang kudapat dari pesantren,namun setelah sekian tahun kurasakan ternyata aku merasas ada yang aneh dalam mengajar ngaji ,yakni peran orang tua yang jarang perhatian terhadap pendidikan agama, terutama tentang fasilitas dalam mengaji contohnya busana peci dan kitab kitab yang aku ajarkan,mereka semua selalu telat dan bahkan aku mengusahakan para anak anak mendapatkan fasilitas itu secara gratis,dengan harapan para orang tua nantinya memperhatikan fasilitas mengaji ,aku tidak memungut bayaran namun mewajibkan anak anak memberi iuran seribu untuk seminggu yang nantinya uang tersebut untuk beli spidol dan tinta,lagi lagi aku heran masih saja tidak ada yang ikut iuran bahkan sampai bertahun tahun, fatal sekali ketika aku tanyakan masalah iuran untuk di sampaikan ke orang tuanya mereka malah di marah bahkan aku sendiri dengar mereka mengatakan ngaji kok bayar,wow emejing kan,,, berjuang harus ikhlas katanya apalagi tentang agama, heheheh iya deh ,,, saya kan ya cuma kasih tau aja... aha entahlah namun jujur aku sampai saat ini meski sudah tidak ngajar ngaji lagi tapi masih ingin memperjuangkan nasib nasib para guru ngaji khususnya di ekonominya karna rata rata mereka minim pendapatan seperti aku ini heheh.maksudnya mereka mengaji dulu ya bayar kok tapi setelah di praktekan kok gratis ,bahkan ada yang bilang nanti yang balas yang maha kuasa ,xixix ketawa saya karena saya sering sekali tidak masak dan sampai gak punya uang mingguan karna pada waktu itu hidupku ku dedikasikan ke agama terutama dalam mengajar anak anak dan para jamaah lingkungan.akhirnya setalah aku anak dua ku putuskan untuk berhenti dan sekarang aku kerja meski jujur masih rindu untuk ngajar lagi. salam
Komentar
Posting Komentar